Tjikini

Tjikini. Sabtu sore. Mungkin tidak berbeda dengan Sabtu sore lainnya. Aku duduk disini. Di tengah. Spot favoritku biasanya selalu berada di dekat jendela, tapi karena sudah ditempati maka aku duduk di bangku ini. Tepat di bawah AC.

Dingin.

Menjelang malam, lampu-lampu dinyalakan. Suasananya sangat romantis.

Bayangkan, sebuah kedai dengan interior bernuansa jaman dulu, dengan cemilan-cemilan masa lalu. Minuman-minuman. Saparila. Lampu bernuansa kuning dan lagu-lagu nostalgia papa mama seperti Wonderful Tonight dari Eric Clapton ditambah 3 meja di sekelilingku dihuni 3 pasang sejoli. Sepasang suami istri dan 2 pasang kekasih.

Semakin malam suasana semakin nyaman, makin menyenangkan, makin hangat. Tape goreng, sop buntut, gado-gado sangat menggoda indera penciumanku. Cokelat hangat yang kunikmati, enak. Pahit. Roti bakar cokelat yang kumakan juga enak, tapi bukan pancake. Aku kan mau pancake.

Sut, jangan ngeluh, makan aja.

Suasana hangat ini terasa sangat kurang. Kurang. Tak ada kamu.

Iya kamu.

Kamu yang aku tak tahu kapan akan datang.

Diterbitkan oleh Kanya Suryadewi

The one who still trying to create my own destiny without you, you and you.

Tinggalkan komentar